Kamis, 10 September 2009

HAJI WIDAYAT


Widayat

Widayat adalah seorang pelukis yang telah memasuki tingkat bhakti yoga. Beliau adalah sosok pelukis atau senirupawan yang serba-bisa. Karya lukisannya mendapatkan apresiasi yang hangat di kalangan pecinta seni.

Namun Widayat tidak hanya melukis di atas kanvas. Berbagai benda di sekelilingnya tidak luput menjadi ajang olah kreasi seninya. Dengan sentuhan seni yang khas ia mengolah benda-benda itu menjadi karya seni. Ia adalah pribadi yang mudah diterima di berbagai kalangan. Karya-karyanya dianggap menjadi satu tonggak penting bagi perkembangan seni lukis di Indonesia. Pada 1970-an diam-diam masyarakat seni rupa, di Jogya terutama, melihat ada seorang yang berjuang dengan penuh dedikasi terhadap seni rupa dengan diilhami oleh berbagai macam pengalaman yang sangat mendalam dan matang. Dan itu adalah pak Widayat, kata pengamat seni rupa Agus Dermawan T.

Dalam ciptaan artistiknya Widayat sering dianggap sebagai penganut dekora-magis. Sebuah aliran seni yang menyandarkan pada dekoratifisme. Namun gaya dekoratifisme. Namun gaya dekoratifisme Widayat memasukkan unsur magis ke dalam lukisannya sehingga dalam karya-karyanya selalu ada yang menggetarkan. Semacam sihir yang memancar dari rupa dan warna. Melukis bagi Widayat adalah nafas kehidupannya. Tiada hari tanpa melukis. Di usianya yang telah lanjut Widayat tetap melukis dengan sepenuh hati. Dengan berbekal imajinasi yang kuat Widayat melukis dengan teliti. Widayat sangat memperhatikan komposisi, warna, garis dalam setiap karyanya.

Di samping seorang pelukis Widayat adalah seorang ahli pertamanan dan seni merangkai bunga (ikebana). Ia mempelajari keahlian ini saat ia memperdalam seni keramik di Jepang. Ia juga adalah sosok seorang seniman yang kreatif. Dalam kesehariannya Widayat selalu mencoba untuk menemukan sesuatu yang bisa digunakan dan diolah menjadi barang yang mempunyai nilai seni. Widayat sering menciptakan karya-karya yang jarang terduga meskipun benda-benda seni itu terbuat dari barang-barang yang murah dan terbuang. Dalam upaya mengembangkan seni rupa di Indonesia Widayat membangun museum seni rupa di Jalan Letnan Tukiyat Sawitan, Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Museum yang diberi nama Museum Haji Widayat ini sekaligus menjadi tempat tinggal Widayat sekeluarga.

Dengan museum itu sebenarnya saya ingin melestarikan lukisan-lukisan saya terutama. Selain museum Widayat juga membangun galeri yang menampung karya-karya terbaiknya. Didalam galeri ini terpampang berbagai koleksi seni rupa Widayat dan karya-karya lukisan, keramik, sketsa, patung, dan instalasi. Bagi Widayat museum dan galeri ini tidak dimaknai sekadar monumen, melainkan sebagai tempat catatan sejarah, dokumentasi, dan tempat belajar bagi generasi yang akan datang tentang perjalanan seni rupa Indonesia.

Seniman yang mempunyai dua istri dan mendapatkan 11 anak, 23 cucu, dan tiga cicit ini adalah seniman yang religius. Bagi Widayat semua yang telah dicapainya tidak lepas dari kekuasaan Sang Maha Pencipta. Karena penyakit gula yang diidapnya maestro yang telah mengabdikan hidupnya bagi seni rupa Indonesia itu telah pergi menghadap Sang Khalik pada Sabtu 22 Juni 2002 di Jakarta. Dunia seni rupa Indonesia kembali kehilangan salah satu putra telah mengharumkan nama bangsa Indonesia di dunia internasional. Kalangan seni rupa tidak akan melupakan seorang tokoh yang memelopori aliran seni lukis dekora-magis yang mungkin hanya satu-satunya di dunia ini.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar